Perjalanan saya ke Malaysia berlangsung cukup impulsif. Melakukan perjalanan selama 4 hari, beberapa destinasi pun sempat saya kunjungi. Sebelum berbicara mengenai objek wisata, setibanya di sana saya mendapat panggilan dari suara “keroncongan perut” yang meminta amunisi. Segera saja saya melipir ke sebuah restoran Chinese Food yang berjarak tak jauh dari hotel tempat saya menginap.  


Hari Pertama:
Kunjungan Wajib ke Twin Tower

Pendaratan Pertama : Pu Xian Wei Restaurant
Pu Xian Wei namanya yang berlokasi di Kuala Lumpur. Saat memasukinya, tampak hampir semua kursi penuh terisi oleh tamu yang terlihat asyik melahap hidangan. Di sana, saya memesan menu paket untuk 4 orang. Menunya tak jauh-jauh dari olahan pork, daging sapi, daging ayam, sayuran, dan tofu. Ditambah dengan satu poci teh hangat, makan malam saya terasa spesial kala itu.





Usai menyantap makan malam, di hari pertama saya pun siap menunaikan kunjungan wajib ke Twin Tower. Bangunan kebanggaan Malaysia yang juga populer dengan sebutan Menara Petronas ini merupakan pencakar langit berada di Kuala Lumpur City Center (KLCC). Tentu saja, objek ini tak boleh terlewat untuk diabadikan. Bangunan yang terdiri dari 88 lantai ini sontak memberikan panorama yang indah untuk dibagikan melalui media sosial.



Hari Kedua:
Pekan Berkesan di Hari Kedua

Masuk di hari kedua, lagi-lagi saya memilih untuk mengisi perut di kafe dekat hotel. Kali ini ialah ABC Bistro Café yang siap dieksekusi. Restoran yang mayoritas pegawainya adalah orang keturunan India ini menyediakan beragam menu sarapan yang common. Sebut saja, toast, telur setengah matang, roti canai, naan, dan tentunya kopi susu.



Perjuangan di Batu Caves
Sebuah kesempatan untuk pergi ke Malaysia tak saya sia-siakan untuk mengunjungi objek wisata wajib setelah Twin Tower. Terlebih lagi Malaysia punya Batu Caves. Banyak hal yang bisa dieksplorasi di sana, salah satunya sebuah patung kokoh berwarna emas yang menjulang setinggi 42,7 meter. Ialah patung Dewa Murugan, dewa perang dari kalangan orang Tamil.  Tapi sebelumnya, saya harus menapaki 272 anak tangga ditemani oleh panas terik yang menyengat. Tekad yang kuat kemudian membawa saya sampai di Batu Caves dan melihat segala keindahannya.



Sizzling and Claypot
Letih berpanas-panasan, saya pun memutuskan untuk pergi ke mall, Pavilion namanya. Pilihan saya untuk santap siang kala itu jatuh pada Sizzling and Claypot. Berlokasi di food court, Sizzling and Claypot menjamin hidangan untuk tetap”mumpuni” sampai di meja pengunjung. Terang saja, penggunaan wadah claypot akan membuat makanan tetap hangat. Seperti menu yang saya pesan ini, yakni satu porsi nasi dengan daging ayam asam manis.



I-City dan Lampu Warna-Warni
Salah satu di antara sekian banyak objek wisata di Malaysia tak mengurungkan niat untuk mengunjungi I City. Walaupun letaknya jauh dari pusat kota, tak membuat saya kehabisan akal menuju ke sana. Sekedar informasi, I-City merupakan area taman bermain yang dipenuhi dengan hiasan lampu-lampu berbagai macam bentuk, mayoritas adalah bunga dan pohon. Adapun untuk masuk ke sini, pengunjung tidak dikenakan biaya apapun, kecuali jika Anda ingin mencoba wahana. Ah, saya lebih tertarik untuk melakukan sesi foto di sini.



Street Food di Uptown Shah Alam
Bukan untuk berbelanja, kedatangan saya ke Uptown Shah Alam adalah untuk mencicipi jajanan street food yang populer di sana. Beroperasi mulai jam 20.30 hingga 03.00 pagi, Uptown Shah Alam dipenuhi para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Mereka tak segan-segan untuk berdesak-desakan berderu dengan kepulan asap yang nyatanya mampu mengundang gairah makan. Saya pun kemudian menjatuhkan pilihan pada cumi, takoyaki, dan sate yang memang jadi khas di sana.




Hari Ketiga:
Perjalanan 3 Jam Menuju Melaka

Jalan Alor di Pagi Hari
Meski ingin meluaskan penjelajahan di Malaysia, apalah daya susunan acara tidak berkata demikian. Saya pun melabuhkan kaki untuk sarapan di Jalan Alor. Adalah dimsum, mie goreng, nasi rames, dan tak ketinggalan kopi susu siap memanjakan lidah. Melihat keindahan Jalan Alor di pagi hari, saya pun tak bisa menahan godaan untuk kembali mengabadikan momen di sana.




Setelah puas menyusuri jalan Alor, hari ketiga dilalui dengan perjalanan panjang ke Melaka untuk menikmati kota cantik yang telah masuk daftar kawasan bersejarah UNESCO. Berlatar gaya arsitektur bekas jajahan portugis, Melaka memiliki tempat wisata bersejarah yang wajib dikunjungi jika ke Malaysia.

1 Jam Antrian di Capitol Satay
Berawal dari postingan salah seorang teman, destinasi pertama saya di Melaka dimulai dari Capitol Satay. Sementara itu identitasnya sebagai “sate celup” yang melegenda membuat saya sempat mengantri selama 1 jam lamanya. Restoran ini selalu ramai artinya menjamin bahan yang digunakan selalu “fresh” setiap harinya. Sementara itu untuk varian, banyak macam sate tusuk yang tersedia di sini, seperti daging-dagingan, sayuran, jamur, serta olahan hidangan laut. Tentu saja, yang membuatnya istimewa adalah ramuan bumbu kacang yang khas, siapa saja dijamin tak bisa menampik kelezatannya.



Eksotisme Jonker Street di Malam Hari
Puas menikmati makanan di Capitol Satay, saya berjalan kaki menelusuri Jonker Street, kawasan yang juga disebut Old town of Melaka. Di malam hari Jonker Street dipenuhi dengan pertokoan dan bazaar yang ramai dikunjungi para wisatawan. Keriaan di malam hari pun tak dilewatkan oleh saya dengan meneguk bir di Eleven Bistro.



Hari keempat:
Kota Heritage yang Penuh Cerita

Perburuan Kafein di Kaya-Kaya Café
Kebutuhan kafein yang mendesak akhirnya membawa saya untuk singgah di Kaya-Kaya Café. Desain interior yang terkesan “unfinished” tergambar lewat dinding tanpa plester, sehingga susunan batu bata tampak jelas. Struktur ini yang kemudian membuatnya menjadi fotogenik. Sementara untuk urusan menu, kopi di sana rata-rata adalah espresso base dengan pilihan menu makanan pendamping seperti pancake, French Fries, dan beragam olahan pasta.




Pin Pin Hong
Saya meluangkan waktu khusus sebelum kembali ke Jakarta untuk menjelajahi Melaka. Seperti biasa, mengabadikan momen jadi kegiatan utama saat itu setelah mengelilingi toko-toko kecil yang arsitekturnya nampak khas di Melaka.  Memasuki jam makan siang, Pin Pin Hong jadi destinasi yang pas untuk mengeksplorasi wisata kuliner di Melaka. Di sana saya memesan olahan daging ayam, pork, nasi goreng, dan sebagai tambahan nutrisi yang baik, makan siang saya kala itu pun dilengkapi dengan hidangan sayur yang diolah dengan bumbu khusus.




Sebuah petualangan yang menarik selama 4 hari di Malaysia terutama karena kunjungan ke tempat wisata dan mencicipi kuliner khas melayu di Malaysia. Perjalanan itu tak pelak meninggalkan kesan mendalam bagi saya khususnya. Seolah siap membisikkan cerita akan kerinduan negeri Jiran, panggilan untuk kembali bekerja tak bisa dielakkan. Saya pun bergegas agar tak ketinggalan pesawat.