‘Penikmat kafein’ patut berbangga hati dengan keberadaan St. Ali yang akhirnya memutuskan untuk mengekspansi gerai kopinya di Jakarta. Pasalnya ini pertama kali gerai St. Ali dibuka di Asia Tenggara. Gerai kopi yang sudah berdiri sejak 2005 di Australia ini menjadi hype bahkan sebelum ia menginjakkan kaki di ibukota. Manifestasinya adalah sorotan yang positif akan potensi sajian kopi specialty di ibukota. 



Piccolo - 38k
Bukan sebuah pekerjaan mudah tentunya bagi seorang barista. Untuk kemudian berhasil membuat secangkir kopi berkarakter. Tentu diperlukan pengalaman dan kecakapan yang tak diraih singkat. Dari kopi yang dihadirkan di St. Ali, saya menekankan akan ciri khas yang tak hanya indah dipandang, tetapi juga memperhatikan faktor keindahan rasa. Sebut saja Piccolo. Tercium aroma espresso yang pekat ketika tiba di atas meja. Profilnya ‘ramah’ menyambut pertemuan pembuka saya dengan St. Ali. Salah satu parameter Piccolo adalah legitnya kombinasi espresso dan susu yang seimbang. Mempunyai tingkat ketebalan yang lembut dan berbaur cukup baik di lidah.


Latte - 38k
Masih dalam kategori, milk-based, Latte membawa cerita yang menarik untuk diulas. Aksen karamel yang creamy begitu kental bergulir saat mulai meneguk. Sesekali kelembutan cokelat mewarnai persepsi secangkir latte hangat ini. Sementara di bagian akhir (after taste) menyisakan rasa buah-buahan kering yang menyenangkan.


Panama Geisha - Hacienda Esmeralda - 85k
Namun jika boleh merekomendasikan, bagi Anda pecinta kopi berkarakter, Panama Geisha bisa jadi pilihan yang bijak. Kopi yang berasal dari bagian barat Ethiophia ini mengeluarkan aroma teh melati dengan tingkat keasaman yang medium. Teguk demi teguk mengantarkan indera pengecap saya dengan preferensi rasa buah mirip dengan buah persik (peach). Sementara bila membahas after taste sesekali memberikan notes kacang cashew. Menariknya lagi, biji kopi ini terkenal akan kualitas premiumnya. Usut punya usut, Panama Geisha bahkan mampu menembus angka Rp 1.000.000 per setengah kg.



Hadir di Indonesia, St. Ali juga memperkenalkan kultur yang berhubungan dengan sarapan, kategorinya Morning Glory. Di sana, Anda bisa menikmati menu brunch dari pagi hingga sore hari (7 am - 4 pm). Kebiasaan ini hasil adaptasi St. Ali di kota asalnya, yakni Melbourne. 

The Fat Boy - 119k
Salah satu menu besutannya adalah The Fat Boy yang terdiri dari dua komponen utama yaitu telur rebus (poached egg) dan homemade sosis bacon yang super besar. Bersanding pula kondimen seperti kentang parut (potato hash), potongan tomat, jamur, dan roti panggang. Gambaran virtual yang tersaji membawa saya ingin dan ingin lagi mencicipinya.


St. Ali
Setiabudi Two, Lantai Ground, Setiabudi
Jakarta
021 5290 6814

Categories: