Saya cukup tercengang dengan restoran yang berada berdekatan dengan pintu masuk Mall of Indonesia ini. Namanya memang tidak eksis wara-wiri di media sosial, tetapi kehadirannya seakan mendobrak asumsi, "Agaknya kuliner moderen sudah terlalu mainstream." Dari sekedar menyantap makan siang, saya pun tergugah untuk mendeskripsikannya di dalam blog. Sebuah tempat yang bisa menginspirasi para penikmat kuliner di luar sana.

Tea Garden namanya. Restoran keluarga ini punya kapasitas yang terbilang besar, sekitar 160 tempat duduk terakomodasi di sini. Apalagi pembatas yang terbuat dari kaca secara tidak langsung menginterpretasikan ruangan yang cukup luas. Sementara itu, tersedia pula smoking area yang terpisah di bagian outdoor. Terdengar melegakan bagi ‘bukan penghisap tembakau’ seperti saya.


Karena jumlah menunya yang banyak, satu petuah dari saya, sebaiknya kosongkan perut Anda sebelum mencicipi rangkaian menu yang dihidangkan di sini. Anda bisa memilih tidak hanya Chinese Food, tetapi juga ada deretan menu Western dan makanan Indonesia.

Tapi menurut saya, ini bukan soal varian, namun lebih kepada bercerita tentang rasa. Untuk kedatangan saya kali ini, dibuka dengan sajian Dimsum sebagai menu appetizer. Ha Kau dan Sio May adalah menu aman yang saya pesan. Anda bisa bandingkan, sejauh mana kualitas Ha Kau yang diemban mampu berinteraksi baik di dalam mulut. Sementara itu, potongan udang yang besar mengisyaratkan keseriusannya soal rasa.


Tanpa bermaksud mengesampingkan Ha Kau, ada Sio May yang tak ragu memperlihatkan sosoknya yang kaya akan rasa. Ketika digigit, ada manis yang bergumam, namun saat mencapai lidah, rasa gurih menyibak hingga akhirnya mencapai klimaks. Rasanya tidak berlebihan, mungkin bisa dikategorikan ‘pas’. 


Perjalanan sebenarnya akan dimulai. Ini dia juaranya, Mie Siram Caciang, yakni mie siram dengan potongan Szechuan Chicken. Menu Kantonis ini punya rasa yang berani. Kuah kaldunya gurih beradu apik dengan potongan ayam yang khas. Mienya kenyal dan tidak mudah putus, bersingkronisasi baik dengan keseluruhan bumbu. Porsinya yang ‘tanggung’ justru membuat saya semakin penasaran. 


Sekali lagi saya jatuh cinta. Seporsi bubur ini mampu mengembangkan senyuman di wajah saya. Tidak terlalu kental dan tidak terlalu encer. Bersamaan dengan itu, saya berikan sedikit taburan agar rasanya semakin kompleks. Jadilah seporsi bubur dengan rasa yang menyenangkan. Perjumpaan kami pun tak berlangsung lama, karena bubur ini ludes seketika.


Konsistensi rasa acapkali terlibat langsung dalam pengenalan objek kuliner, dalam hal ini Tea Garden. Secara teknis, inilah yang disebut dengan strategi marketing paling jitu. Resto yang pertama kali berdiri di Medan pada tahun 2009 ini, begitu lekat di hati masyarakat. Bisa dikatakan, Tea Garden adalah para pemain kuliner yang tak terkikis zaman. Saya pun sudah berencana untuk kembali lagi. Lalu, bagaimana dengan Anda?

Tea Garden
Mall Of Indonesia, Jalan Raya Boulevard Barat, Kelapa Gading
Jakarta Utara
021 29364675

Categories: