Buaian angin yang berhembus, membangunkan panca indera saya untuk segera menyusuri pulau yang terletak di sebelah barat laut Lombok. Romantika pahatan alam yang luar biasa ini memang sulit dielakan, memboyong kaki saya berjalan menelusuri medan yang cukup bersahabat.

Pulau Gili Trawangan terbilang kecil. Jika merujuk wikipedia, pulau ini hanya memiliki panjang 3 km dan lebar 2 km. Untuk konsumsi wisata, cidomo atau tranportasi darat bertenaga kuda siap mengantarkan para tamu menuju tempat keriaan di sepanjang Gili Trawangan. Aktivitas lazim yang biasa dilakukan para wisatawan baik lokal maupun asing tak lain dan tak bukan adalah olah raga air seperti menyelam dan snorkeling. 

Desiran panorama pantai tak bosan menyapa saya selama menapaki jalan di Gili Trawangan. Gulungan ombak di bibir pantai tak ketinggalan mendayu manja di telinga, seolah membisikkan kisah nan indah siang itu. Sungguh pesona perspektif alam yang meleburkan kemolekan tersembunyi. Tiba di bagian central, banyak dijajakan aksesoris yang bisa dijadikan sebagai buah tangan. Berjejer pula restoran yang tak hanya mengedepankan cita rasa makanan tetapi juga membius dengan pemandangan yang eksotis. Di sore hari banyak orang berkerumun ke pinggir pantai untuk menyaksikan matahari terbenam, banyak yang menyebutnya sebagai sunset view point.

Gugusan Pulau di Sekitar Gili Trawangan

Perjalanan mengelilingi berbagai pulau di dekat Gili Trawangan seakan melewati cermin di atas air yang jernih. Paparan sinar matahari kala itu mendominasi warna birunya air. Perahu cepat membawa saya ke beberapa sudut menawan yang tak terelakan. Tak hanya pemandangan itu yang memesonakan, tetapi kerendahan hati sang angin juga begitu menyemarakkan raga. 

Sesampainya di lokasi, Pulau Gili Air memanjakan saya di awal pertemuan. Lembutnya setiap butiran pasir pantai menggelitik kaki saat bersentuhan. Tanpa ragu saya terus melangkah dengan alas alami menuju pendopo yang sudah disiapkan. Makan siang saat itu memang menjadi spesial. Buaian angin meneduhkan tubuh saya yang sedikit berkeringat. Saya pun dibuat terdiam olehnya. Demikian mendesirnya menjadi perkenalan yang indah antara saya dan Gili Air. 

Senja di Pucuk Gili Trawangan

Sore mulai beranjak, mengharuskan saya untuk menikmati pesona lain, Sunset. Saya pun kembali ke Gili Trawangan untuk bersiap. Tak ada kegiatan lain yang paling menyenangkan dibanding menikmati sunset sembari menyeruput secangkir teh hangat. Sejenak mata saya tak ingin beranjak menatap langit yang kemayu menujukkan keromantisannya. 

Langit biru terasa sangat dekat dan siap diabadikan melalui jepretan kamera untuk disajikan sebagai kenangan di Pulau Gili Trawangan. Pengalaman ini membawa saya pada sebuah alam yang belum pernah dipijak sebelumnya. Pikiran pun kalut berargumen, ada surga di ujung Nusa Tenggara Barat.

Categories: