Jika di belantika musik Indonesia, nama Agnes Monica sedang ramai diperbicangkan berkat duetnya bersama Timbaland, lain hal dengan yang terjadi di industri kuliner yang justru bergema akan mencuatnya fenomena kopi. Sebuah sumber terpercaya mengungkapkan, konsumsi kopi secara global jumlahnya mencapai hampir dua kali lipat dalam 40 tahun terakhir. Fantastis, dari 4,2 juta ton di tahun 1970 menjadi 8,1 juta ton tahun 2010 atau meningkat sebesar 91%.

Pertumbuhannya tidak berhenti sampai di sana, diperkirakan pada tahun 2019 konsumsi kopi akan menlonjak hingga lebih dari 9 juta ton di tahun 2019. Pemicunya jelas, gaya hidup. Indonesia menjadi salah satu negara yang ikut terbenam dalam euforia minuman yang cenderung dihakimi mempunyai rasa pahit ini. Terang saja, negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brasil dan Vietnam ini turut menyumbangkan varietas biji kopi terbaiknya yang berasal dari masing-masing daerah di Indonesia.

Namun sayang, konsumsi kopi di Indonesia masih terbilang minim bahkan kalah jauh dibanding negara tetangganya. Sebuah catatan mengumbarkan bahwa rata-rata komsumsi kopi masyarakat Indonesia baru mencapai 1,2 kg per kapita/tahun, jauh di bawah negara-negara pengimpor kopi lain seperti Amerika Serikat dengan 4,3 kg per kapita/tahun, Jepang 3,4 kg per kapita/tahun, Belgia 8,0 kg per kapita/tahun, dan Norwegia 10,6 kg per kapita/tahun.

Alasannya, dari total produksi, sekitar 67% biji kopi justru  di  ekspor  ke  negara  seperti  Mesir,  Afrika Selatan, Taiwan Malaysia, Filipina, dan Singapura. Sedangkan 33% sisanya, baru dipakai untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Ironis memang, tapi itulah kenyataan. Andil pemerintah juga terbilang cukup lemah dalam penanganan ekspor biji kopi di Indonesia. Kegiatan edukasi seperti seminar, cupping, workshop bisa jadi menjadi salah satu strategi dalam menangkap pasar kopi yang sebenarnya sangat potensial.

Coffee Shop adalah Angin Segar

Keterkaitan dengan konsumsi kopi, dewasa ini potensi kenaikan terus menunjukkan fasenya. Kehadiran coffee shop menjadi angin segar setidaknya dalam memperkenalkan habit kopi di Indonesia. Pola gaya hidup yang semakin maju berkesinambungan dengan maraknya tebaran coffee shop yang berhembus hampir setiap sudut kota Jakarta.

Anomali, Pandava, Djournal, 1/5 Coffee, Tanamera, Coffee Tree, setidaknya masuk ke dalam jajaran specialty coffee yang pamornya kian terangkat menyusul nama lain yang bertindak sebagai pemain baru. Nama besar ini pula yang kemudian menggiring masyarakat untuk berbudaya 'ngopi'. Maka lahirnya mereka yang mengaku coffee addict yang mana secara tidak langsung berperan aktif dalam memajukan kopi di Indonesia. Mereka tahu akan 'rasa' kopi yang sebenarnya dimana pengetahuan tersebut mereka dapatkan dari pengalaman nikmatnya menyeruput kopi.

Di sisi lain, pemilik coffee shop juga harus awas akan penilaian konsumen yang bukan hanya konsen soal rasa, tetapi lebih dari itu ada aspek penunjang lainnya seperti suasana tempat, pelayanan, lokasi, fasilitas, sampai harga yang kompatibel.

Dengan begitu, meningkatkan daya beli masyarakat Indonesia akan kopi yang didukung oleh gaya hidup, seperti halnya peluang emas guna memperbaiki komposisi produk kopi di Indonesia. Efisiensi pemakaian yang tepat serta pola pengembangan yang akurat merupakan penetrasi yang seimbang untuk memajukan kopi Indonesia, dan coffee shop adalah media yang tepat.

Categories: