Hidup gue normal, hanya saja tidak bisa berjalan sempurna. Gue bisa melangkah bahkan berlari tapi tidak sampai hari ini. Merangkak, hidup gue jauh lebih buruk dari biasanya. Gue punya banyak teman, sahabat, dia, mereka yang menyayangi gue dengan tulus. Tapi bukan berarti selamanya gue bisa berbagi dengan mereka. Kalanya, saat ini gue menjalani hidup seorang diri. Bukan salah mereka, ini salah gue.
Tibanya awan gelap menyelimuti dunia gue. Keadaannya gelap sampai gue benci malam hari. Hanya ada cahaya bulan yang malu-malu tanpa adanya sinar  matahari yang menerangi. Gue gugup, bisa dikatakan gue ketakutan. Gue ingin pagi datang dengan cepat.

Menuangkannya dalam sebuah tulisan rasanya lebih baik dibanding harus bercerita kepada mereka. Tapi sesungguhnya gue merindukan sosok sahabat untuk berbagi. Tetap bukan salah mereka, ini salah gue.
Hampa, mungkin ini perasaan ini yang menghantui. Mengusirnya? Gue belum yakin bisa. Jalan ini seharusnya bukan jalan yang gue pilih. Gue sadar dari awal, tapi gue mengabaikannya. Dalam benak gue, bayangan ini pernah muncul. Namun rasanya masih dalam ukiran fatamorgana. Ketika rasanya datang, gue tidak bisa kabur, hanya berdiam bersamanya, terkubur di dalamnya.

Badai yang lebih hebat akan ada, dia datang, dan dia nyata, tepat pada waktunya. Gue menyadari kehadirannya sama dengan hari ini. Mengelak? Rasanya sulit. Gue justru merajutnya dari awal. Gue, gue yang mulai merajutnya. Garis larangan seakan terhiraukan. Salah. Ya gue mengerti itu salah. Banyak pepatah yang bergumam, mereka seakan mencoba membuka mata gue.

Tidak tau.

Categories: