Setelah 1,5 jam berada di udara, tibalah gue mendarat di Pulau Bali di pukul 18.00 waktu setempat. Perasaan gue seneng banget ketika gue sadar gue berada di surga saat itu. Ya, perumpaan surga sepertinya wajar dilafalkan ketika lo sampai di Bali. Tempatnya begitu indah apalagi dominasi pantai yang menjadi spot kesukaan gue.

Bali seakan menjadi surga bagi para wisatawan karena pemandangannya yang eksotis dengan hamparan pantai yang sekejap bisa menghilangkan lo dari kepenatan. Dipenuhi dengan aneka hiburan dijamin buat lo semakin betah di Bali. Apalagi, ditambah dengan turis Asing yang berlibur ke sini makin membuat lo ngerasa bukan di Indonesia lagi.
Bandara Ngurah Rai hari itu tidak terlalu padat. Baguslah, namun kepungan jasa taxi terus menghantui gue. Errr..



Menginjakkan kaki di Bali gue bergegas menuju hotel untuk membersihkan badan gue yang lengket setelah seharian berkutat di jalan. Gue menginap di The Haven, salah satu hotel yang terletak di Seminyak. Jaraknya lumayan dekat dengan pantai Seminyak jadi sehabis melakukan ritual membersihkan badan, gue ngga sabar memanjakan mata gue dengan suasana pantai di malam hari.

Udaranya cukup sejuk dan ngga banyak orang di pantai Seminyak membuat gue lebih sakral lagi  menikmati pantai Seminyak. Dengan ribuan pasir yang menyambut gue dengan baik, badan gue serasa di spa bahkan ini lebih asyik dari Spa. Menyenangkan!



Di hari kedua, angin menuntun langkah gue menuju pantai Kuta dan Legian. Sore itu ramai, sesuai dengan harapan. Ke pantai sendirian rasanya canggung dengan mereka gue seakan bisa menyatu dengan alam.

Di pantai banyak hal yang bisa dinikmati, sampai-sampai berbelanja perna-pernik yang dijual oleh masyarakat Bali, mulai dari aksesoris, mainan, sampai poster. Pertukaran mata uang pun lumayan cepat di sana.

Ini spot gue yang paling favorit, pantai Jimbaran. Letaknya jauh dari peradaban membuat gue sangat menikmati pemandangan pantai yang masih dihuni bersama batu karang.

Lihat deh, warna biru di langit terlihat mendominasi ya. Bali memang tempat yang paling pas buat menghilangkan kepenatan di Jakarta. Eits, tapi jangan salah, di beberapa titik daerah di Bali juga ada macetnya. Walaupun tidak separah Ibu kota sih.





Kurang lengkap rasanya kalo di Bali ngga foto-foto. Gue pun memutuskan untuk bertengger di pantai Kuta sambil foto narsis sedikit sebelum menuju Legian. Terlihat seperti meratapi nasib ya, tapi gue ngga berniat untuk bunuh diri kok :)



Tiga hari di Bali rasanya kurang. Tapi PR gue di Jakarta nampaknya sudah mulai teriak untuk dikerjakan. Dengan berat hati gue meninggalkan Pulau Dewata ini. Terbang menyusuri rumah dengan perasaan ngga mau pulaaaaaaanng!

Terakhir, sebagai kenang-kenangan, ini foto yang biasa orang-orang lakukan di Bali, ukiran nama, ICHA... bye Bali...

Categories: